Showing posts with label culinary. Show all posts

Chapter 27 : Tiga Tempat Makan Yang Wajib Dikunjungi Ketika Travelling ke Purwokerto


Pada tau mendoan kan? Salah satu makanan khas dari Purwokerto. Ternyata selain mendoan, Purwokerto masih menyimpan berbagai makanan khas. Nah sekarang saya akan memberikan informasi kepada sobat traveller, tiga tempat makan yang wajib kalian datangi ketika berkunjung ke Purwokerto. Apa sajakah itu? 

1. Soto Lama H. Suradi

Soto Lama H. Suradi
Soto Lama H. Suradi terletak di Jalan Sudirman Sokaraja yang merupakan pusat kuliner dan jajanan khas Purwokerto. Berbagai pilihan soto bisa kalian pesan di tempat ini. Ada soto daging sapi, soto daging ayam, soto babat dan iso serta soto sekengkel urat. Yang membedakan soto Sokaraja dengan soto lainnya adalah penggunaan ketupat sebagai pengganti nasi serta sambalnya yang terbuat dari bumbu kacang. Bumbu kacang ini adalah ciri khas dari Soto Sokaraja. 

Soto Iso dan Babat
Soto yang saya pesan saat itu adalah soto babat dan iso. Untuk rasa sotonya menurut saya sudah pas. Namun untuk sambal kacangnya, menurut saya kurang pedas. Mungkin karena sambal kacangnya yang cenderung manis dan lidah saya yang sudah terbiasa dengan makanan pedas. Jadi kalau makan makanan yang tidak pedas, rasanya kurang pas. Harga seporsi soto babat dan iso adalah 17ribu. Cukup murah kan? 

MetroTV Squad
2. Es dan Kopi Brasil

Es dan Kopi Brasil
Jika Jakarta punya es krim legendaris bernama "Ragusa", Purwokerto juga punya loh. Es krim tersebut bernama Es dan Kopi Brasil. Es Brasil lahir dari industri rumahan ibu - ibu PKK, yang awalnya dijual dengan cara berkeliling ke rumah warga. Namun kini Es Brasil sudah memiliki kedai sendiri yang terletak di Jalan Jendral Suprapto.   

Memasuki kedai Es dan Kopi Brasil, sobat traveller akan disambut dengan jajanan pasar dan kue basah yang tertata rapi di lemari etalase. Mulai dari candil,bubur sumsum, kue pianko, susu kedelai dan masih banyak lagi. Kalian juga bisa membeli kopi bubuk Brasil untuk oleh-oleh.

Kedai es dan kopi Brasil
Jajanan pasar 

Candil dan Bubur Sumsum

Lantai bawah Kedai Es dan Kopi Brasil

Lantai atas Kedai Es dan Kopi Brasil

Menu es krim disini terbilang klasik, seperti es krim stik, es krim cup, es krim roti, es kotak dan es cone. Varian rasanya juga bermacam-macam, ada kelapa muda, ketan hitam, kacang hijau, mocha, leci, durian, kopi, coklat, vanila dan anggur. Ada juga es mambo dengan rasa rujak. Keistimewaan dari es krim disini yaitu tidak menggunakan bahan pengawet dan pemanis buatan. Harganyapun sangat terjangkau. Mulai dari Rp 1.500,00 - Rp 7.000,00. Dijamin kalian akan ingat masa kecil jika berkunjung ke kedai Es dan Kopi Brasil.

Menu es Brasil
Es Brasil

Es Brasil

Es Brasil

Es Brasil
3. Umaeh Inyong

Umaeh Inyong
Umaeh Inyong merupakan rumah makan dengan konsep klasik atau tradisional yang kental dengan cita rasa Banyumas. Rumah makan ini dahulunya merupakan bangunan rumah jaman dahulu yang sekarang telah dipugar. Umaeh Inyong terletak di Jalan Ahmad Yani No. 47, Purwokerto.

Memasuki Umaeh Inyong, sobat traveller akan disuguhi oleh lantunan musik Banyumasan. Menu yang ditawarkan oleh Umaeh Inyong mengusung konsep makanan dan minuman tradisional, cocok bagi kalian yang mencari makanan tradisional Banyumas. Saya pun memesan sega rames Banyumas, mie nyemek dan wedang ronde.

Interior Umaeh Inyong
Interior Umaeh Inyong

Interior Umaeh Inyong
Harga makanan disini sangat terjangkau. Untuk rasa, menurut saya wedang rondenya enak. Air jahenya sangat berasa, membuat tubuh saya menjadi lebih hangat. Untuk Mie Nyemek, rasanya agak sedikit kurang dibandingkan dengan Mie yang telah saya coba sebelumnya disamping Hotel Wisata Niaga. Dan untuk sega rames Banyumasnya, lumayan lah rasanya. Namun ada beberapa kekurangan yang perlu dibenahi oleh pihak Umaeh Inyong yaitu lamanya pesanan datang dan juga kesalahan pelayan saat menyajikan pesanan. Karena teman saya pada waktu itu pesan Nasi + Ayam Goreng Paha, namun yang datang malah ayam goreng dada. Ketika teman saya protes mengapa pesanan yang datang tidak sesuai, sang pelayanpun menjawab kalau ayam paha sudah habis, sehingga mereka memberikan ayam dada kepada teman saya. Harusnya mereka tanya terlebih dahulu, apakah teman saya mau atau tidak. Teman sayapun membatalkan pesanannya karena dia tidak suka makan ayam bagian dada. Padahal dia telah menunggu lama sebelumnya. Semoga hal ini tidak terjadi lagi kepada pelanggan yang lain.

Sega Rames Banyumas
Mie Nyemek

Wedang Ronde
Dan itulah tiga tempat makan yang wajib sobat traveller kunjungi ketika travelling ke Purwokerto.

Happy Backpacking!! -Arie Budi-

Chapter 25 : Menelusuri kawasan Pecinan, Glodok


Pecinan Glodok
Glodok, sebuah wilayah pecinan di Jakarta Barat yang merupakan salah satu wilayah pecinan terbesar di Indonesia dan menjadi salah satu motor penggerak ekonomi Jakarta sejak dulu hingga kini. Sekilas mungkin tidak menarik sama sekali menjadikan Glodok sebagai tempat tujuan wisata. Namun ternyata anggapan tersebut akan terpatahkan jika kalian mencoba menyusuri kawasan tersebut. Kawasan ini akan dipenuhi wisatawan pada saat tahun baru imlek. Dan saya berkunjung ke Glodok sehari sebelum tahun baru imlek. Saya memulai dengan Gang Gloria, gang - gang sempit tempat orang berniaga. Kalian bisa mencoba cita rasa kuliner masyarakat keturunan Tionghoa yang masih terjaga. Di gang ini, terdapat satu kedai kopi yang sangat terkenal di kalangan wisatawan lokal maupun mancanegara. Kedai ini bernama "Kedai Kopi Es Tak Kie". Kedai kopi yang berdiri sejak tahun 1927. Untuk informasi mengenai kedai kopi ini, kalian bisa membacanya di artikel saya sebelumnya "Kedai Kopi Es Tak Kie"


Pedagang di Gang Gloria

Kedai Kopi Es Tak Kie
Dari Kedai Kopi Es Tak Kie, kalian bisa berpindah ke Pantjoran Tea House (PTH) yang terletak tepat di  seberang Glodok City Plaza. Keberadaannya sudah jadi perbincangan di kalangan wisatawan karena mengusung konsep kedai teh di tengah pecinan. Apalagi budaya minum teh di masyarakat keturunan Tionghoa sudah sangat kuat sejak dulu. Di depan PTH kalian akan melihat sebuah meja panjang yang diatasnya terdapat 8 teko berisikan teh. Teh tersebut disajikan secara gratis untuk masyarakat yang melewati PTH. Teh disajikan mulai pukul 08.00 - 19.00 WIB. Ini merupakan Tradisi Patekoan yang diusung oleh Kapiten asal China bernama Gan Dji pada era Batavia. Delapan Teko yang disajikan tersebut dipercaya dapat membawa kebaikan. Sehinga tradisi ini masih diberlakukan sampai saat ini.

Pantjoran Tea House
Di lantai dasar Pantjoran Tea House
Tradisi Patekoan
Tradisi Patekoan

Memasuki lantai dua PTH, sobat traveller disuguhi oleh interior yang bernuansa khas Tiongkok. Beberapa furnitur kayu dan pajangan dengan sentuhan klasik menghiasi ruangan. Informasi mengenai sejarah hingga jenis teh pun terpampang di dinding restoran. Untuk menu di PTH tentunya didominasi dengan teh dan makanan khas Tionghoa. Saya dan teman-teman memesan Tie Guan Yin (Rp 75.000 untuk 5x refill). Sang pramusaji akan memperlihatkan seni Gong Fu Cha yaitu seni menyeduh dan menyajikan teh ala masyarakat Tiongkok. Proses ini mengandung makna mendalam seperti belajar kesabaran, tekun, tata krama, keindahan, ketenangan dan harmonisasi kehidupan.

di lantai 2 PTH
Pengunjung PTH
Interior PTH

Peralatan Gong Fu Cha

Peragaan Gong Fu Cha

Peragaan Gong Fu Cha

Melihat proses pembuatan 

Enjoy the tea
 Puas minum teh di Pantjoran Tea House, saya akan mengajak sobat traveller makan laksa yang terkenal di Glodok yaitu Laksa Lao Hoe. Kedai Lao Hoe terletak di gang padat di kawasan Petak Sembilan, tepatnya di sebrang Gang Gloria. Selain menjual Laksa, kedai ini juga menjual Mie Belitung, Ayam Goreng, Nasi Uduk, serta aneka gorengan. Laksa Lao Hoe diminati oleh banyak orang dan perlahan menjadi primadona di Petak Sembilan. Banyak wisatawan yang mampir untuk mencoba seporsi laksa yang legendaris ini. Kedai ini juga menjadi tempat untuk orang-orang yang rindu nuansa masa lalu. Karena Kedai Lao Hoe memiliki interior yang klasik dengan foto-foto tua dan meja makan kayu. Sayapun memesan satu porsi Laksa dan segelas Liang Teh dingin.

Kedai Lao Hoe
Proses pembuatan laksa

Interior Kedai Lao Hoe

Interior Kedai Lao Hoe

Laksa Lao Hoe

Sajian Laksa Lao Hoe ini sangat pas. Kuahnya kental dan wangi daun kemangi yang lumayan tajam. Dan pastinya, setiap makanan disini dibuat tanpa menggunakan penyedap rasa ataupun pengawet. Jadi jangan khawatir yaaaa. Untuk masalah harga, masih relatif terjangkau. Cukup membayar Rp 37.500,00 untuk seporsi Laksa dan segelas Liang Teh.

Tujuan terakhir saya di Glodok adalah Vihara Dharma Bhakti, vihara tertua di pecinan Glodok. Vihara ini dibangun pada tahun 1650 oleh Letnan Guo Xun - Guan. Berdirinya vihara ini bersamaan dengan terbentuknya perkampungan Tionghoa, yang sekarang dikenal dengan sebutan Kampung Pecinan Glodok. Vihara Dharma Bakti juga merupakan salah satu vihara yang paling ramai dikunjungi oleh masyarakat keturunan Tionghoa pada saat perayaan tahun baru imlek. Selain mereka yang datang untuk berdoa, ternyata ada banyak "para pemburu angpao" yang mendatangi vihara ini. Bahkan mereka rela untuk tidur di pelataran vihara.

Suasana di malam tahun baru imlek 2019 saat itu terlihat beberapa pengunjung yang datang untuk beribadah. Tak hanya itu, deretan lilin merah sepanjang 1 meter tampak berjajar di salah satu dinding. Puluhan lilin merah raksasa dibiarkan menyala memadati area tengah. Selain lilin dan altar sembahyang, patung - patung dewa yang terbuat dari kuningan dipajang di etalase salah satu sisi ruang utama vihara. Saya tidak berlama - lama di area dalam vihara, karena nafas saya yang sesak akibat asap dari lilin dan hio yang dibakar.

Ibadah di tahun baru Imlek
Ibadah di tahun baru Imlek

Ibadah di tahun baru Imlek

Ibadah di tahun baru Imlek

Prosesi pembakaran Hio

Ibadah di tahun baru Imlek

Ibadah di tahun baru Imlek

Ibadah di tahun baru Imlek
 Itulah sebagian tempat-tempat menarik yang bisa sobat traveller kunjungi di pecinan Glodok.

Happy Backpacking!! -Arie Budi-

Chapter 22 : Mencicipi Bakmi Gang Kelinci dan Cakue Ko Atek di Pasar Baru


Pasar Baru, Jakarta
Bakmi, salah satu makanan yang paling saya sukai. Apapun olahannya, "I still love this food". Minggu lalu, saya mencoba salah satu kedai bakmi di Pasar Baru yang buka sejak tahun 1957 yaitu Bakmi Gang Kelinci. Kedai ini terletak di sebuah gang sempit bernama Gang Kelinci. Itulah asal mula nama dari kedai ini. 

Bakmi Gang Kelinci
Untuk sobat traveler yang beragama Islam, kalian tidak perlu khawatir untuk mencicipi bakmi yang ada di kedai ini. Karena menurut penjelasan dari pihak manajemen, Bakmi Gang Kelinci tidak mengandung bahan pengawet, minyak babi maupun daging babi. Jadi, aman yaaa guys. 

Suasana di Bakmi GK
Menu makanan yang disediakan sangatlah banyak. Mulai dari bakmi, nasi tim, kwetiauw, i fu mi dan berbagai menu yang biasa ditemui di kedai chinese food. Saya memesan salah satu menu favorit di kedai ini, yaitu Bakmi Spesial AK. Harganyapun tidak terlalu mahal. Sobat traveler cukup merogoh kocek sebesar 26ribu saja. 

Menu Bakmi Gang Kelinci
Setelah menunggu beberapa menit, makanan yang saya pesan akhirnya datang juga. Semangkok Bakmi Spesial AK yang berisikan cacahan daging ayam dan jamur. Daging ayamnya ada dua macam nih guys, daging ayam manis berwarna coklat serta daging ayam yang asin berwarna putih. Bagaimana dengan rasanya? Rasanya dijamin enak. Sangat recommended lah yaaaa. 

Bakmi Spesial AK
Selesai makan, saya mencoba cakue yang ada di samping kedai Bakmi GK. Cakue Ko Atek, cakue legendaris yang berdiri sejak tahun 1971. Disini ada 2 jenis makanan yang dijual yaitu cakue dan kue bantal. Dua-duanya langsung dibuat di warung tersebut. Sehingga sobat traveler bisa melihat bagaimana cara pembuatan cakue dan kue bantal Ko Atek. Untuk harga, 1 buah cakue atau kue bantal dijual 4ribu rupiah. Bagaimana dengan rasa? Menurut saya, cakuenya biasa, namun saus dari cakuenya sangatlah enak. Rasa manis bercampur dengan rasa asam yang dihasilkan oleh cuka. 
Cakue Ko Atek
Cakeu Ko Atek
Cakue Ko Atek
Buat sobat traveler yang lagi belanja di Pasar Baru, kalian bisa mampir ke Bakmi Gang Kelinci dan Cakue Ko Atek. Dijamin kalian gag bakal nyesel deh.     

Happy Backpacking!! -Arie Budi-