Chapter 22 : Mencicipi Bakmi Gang Kelinci dan Cakue Ko Atek di Pasar Baru

11:48 PM Backpackertambun 1 Comments


Pasar Baru, Jakarta
Bakmi, salah satu makanan yang paling saya sukai. Apapun olahannya, "I still love this food". Minggu lalu, saya mencoba salah satu kedai bakmi di Pasar Baru yang buka sejak tahun 1957 yaitu Bakmi Gang Kelinci. Kedai ini terletak di sebuah gang sempit bernama Gang Kelinci. Itulah asal mula nama dari kedai ini. 

Bakmi Gang Kelinci
Untuk sobat traveler yang beragama Islam, kalian tidak perlu khawatir untuk mencicipi bakmi yang ada di kedai ini. Karena menurut penjelasan dari pihak manajemen, Bakmi Gang Kelinci tidak mengandung bahan pengawet, minyak babi maupun daging babi. Jadi, aman yaaa guys. 

Suasana di Bakmi GK
Menu makanan yang disediakan sangatlah banyak. Mulai dari bakmi, nasi tim, kwetiauw, i fu mi dan berbagai menu yang biasa ditemui di kedai chinese food. Saya memesan salah satu menu favorit di kedai ini, yaitu Bakmi Spesial AK. Harganyapun tidak terlalu mahal. Sobat traveler cukup merogoh kocek sebesar 26ribu saja. 

Menu Bakmi Gang Kelinci
Setelah menunggu beberapa menit, makanan yang saya pesan akhirnya datang juga. Semangkok Bakmi Spesial AK yang berisikan cacahan daging ayam dan jamur. Daging ayamnya ada dua macam nih guys, daging ayam manis berwarna coklat serta daging ayam yang asin berwarna putih. Bagaimana dengan rasanya? Rasanya dijamin enak. Sangat recommended lah yaaaa. 

Bakmi Spesial AK
Selesai makan, saya mencoba cakue yang ada di samping kedai Bakmi GK. Cakue Ko Atek, cakue legendaris yang berdiri sejak tahun 1971. Disini ada 2 jenis makanan yang dijual yaitu cakue dan kue bantal. Dua-duanya langsung dibuat di warung tersebut. Sehingga sobat traveler bisa melihat bagaimana cara pembuatan cakue dan kue bantal Ko Atek. Untuk harga, 1 buah cakue atau kue bantal dijual 4ribu rupiah. Bagaimana dengan rasa? Menurut saya, cakuenya biasa, namun saus dari cakuenya sangatlah enak. Rasa manis bercampur dengan rasa asam yang dihasilkan oleh cuka. 
Cakue Ko Atek
Cakeu Ko Atek
Cakue Ko Atek
Buat sobat traveler yang lagi belanja di Pasar Baru, kalian bisa mampir ke Bakmi Gang Kelinci dan Cakue Ko Atek. Dijamin kalian gag bakal nyesel deh.     

Happy Backpacking!! -Arie Budi-

1 comments:

Chapter 21 : Perayaan Waisak di Candi Borobudur, Magelang

5:26 AM Backpackertambun 1 Comments


Waisak 2018
Waisak merupakan Hari Raya paling besar dan paling bermakna bagi umat agama Buddha. Kata "Waisak" sendiri berasal dari bahasa Pali "Vesakha" atau di dalam bahasa Sansekerta disebut "Vaisakha". Nama "Vesakha" sendiri diambil dari bulan dalam kalender Buddhis yang biasanya jatuh pada Bulan Mei di kalender Masehi. Hari Raya ini dirayakan dengan berbagai tradisi yang unik di beberapa negara di dunia, salah satunya Indonesia yang biasanya dipusatkan di Candi Borobudur, Jawa Tengah. 

Saya akan membahas peringatan Waisak yang diselenggarakan di Candi Borobudur pada 29 Mei 2018 atau tepatnya 3 Bulan yang lalu (Udah telat banget sih. Maaf yaaa baru sempat nulis blog lagi). Meskipun agama Budha bukan agama mayoritas di Indonesia, perayaan Waisak selalu diselenggarakan dengan meriah. Banyak wisatawan lokal maupun manca negara yang datang berkunjung ke Candi Borobudur untuk melihat perayaan Waisak. 

Bagaimana ritual Waisak di Candi Borobudur?

Ritual pertama dilakukan pada Tanggal 27 Mei 2018. Umat Budha melakukan prosesi pengambilan air suci dari mata air Umbul Jumprit yang terletak di Kabupaten Temanggung. Selain itu, mereka juga menyalakan obor yang bersumber dari api abadi di Mrapen Kabupaten Grobogan. Api dan Air suci tersebut kemudian disimpan di Candi Mendut terlebih dahulu dan akan dipergunakan saat upacara di Candi Borobudur.

Sehari sebelum prosesi Trisuci Waisak dimulai, para umat Buddha biasanya melakukan Ritual "Pindapatta". Apa itu Ritual "Pindapatta"? Pada Ritual ini, para umat Buddha akan memberikan makanan dan derma kepada para Bikkhu dan Bikshu sebagai ladang amal untuk menanam kebajikan.

Pada Tanggal 29 Mei 2018, para umat Buddha akan memulai ritual dengan berdoa di pelataran Candi Mendut. Kemudian dilanjutkan dengan berjalan bersama ke Candi Borobudur dengan membawa Air suci dan Api abadi. Kedua elemen tersebut nantinya akan ditempatkan di altar utama Candi Borobudur. Ritual arak-arakan dimeriahkan juga dengan Pawai Budaya dan Marching Band.

Api Abadi
Air Suci
Rombongan Buddha
Marching Band
Rombongan Buddha
Pawai Budaya
Pawai Budaya
Pada malam harinya, para umat Buddha melakukan ritual "Pradaksina" yaitu mengelilingi Candi Borobudur sebanyak tiga kali. Kemudian dilanjutkan dengan meditasi yang menandakan detik-detik Waisak akan segera dimulai.

Meditasi
Menandai puncak rangkaian ritual Waisak, sekitar 1.000 lampion akan dilepaskan ke langit. Prosesi ini memiliki makna yang penting yaitu didalam setiap lampion yang dilepaskan berisi harapan dan doa.

Pelepasan lampion
Pelepasan lampion
Happy Backpacking!! -Arie Budi-









1 comments: