Showing posts with label jakarta. Show all posts

Chapter 25 : Menelusuri kawasan Pecinan, Glodok


Pecinan Glodok
Glodok, sebuah wilayah pecinan di Jakarta Barat yang merupakan salah satu wilayah pecinan terbesar di Indonesia dan menjadi salah satu motor penggerak ekonomi Jakarta sejak dulu hingga kini. Sekilas mungkin tidak menarik sama sekali menjadikan Glodok sebagai tempat tujuan wisata. Namun ternyata anggapan tersebut akan terpatahkan jika kalian mencoba menyusuri kawasan tersebut. Kawasan ini akan dipenuhi wisatawan pada saat tahun baru imlek. Dan saya berkunjung ke Glodok sehari sebelum tahun baru imlek. Saya memulai dengan Gang Gloria, gang - gang sempit tempat orang berniaga. Kalian bisa mencoba cita rasa kuliner masyarakat keturunan Tionghoa yang masih terjaga. Di gang ini, terdapat satu kedai kopi yang sangat terkenal di kalangan wisatawan lokal maupun mancanegara. Kedai ini bernama "Kedai Kopi Es Tak Kie". Kedai kopi yang berdiri sejak tahun 1927. Untuk informasi mengenai kedai kopi ini, kalian bisa membacanya di artikel saya sebelumnya "Kedai Kopi Es Tak Kie"


Pedagang di Gang Gloria

Kedai Kopi Es Tak Kie
Dari Kedai Kopi Es Tak Kie, kalian bisa berpindah ke Pantjoran Tea House (PTH) yang terletak tepat di  seberang Glodok City Plaza. Keberadaannya sudah jadi perbincangan di kalangan wisatawan karena mengusung konsep kedai teh di tengah pecinan. Apalagi budaya minum teh di masyarakat keturunan Tionghoa sudah sangat kuat sejak dulu. Di depan PTH kalian akan melihat sebuah meja panjang yang diatasnya terdapat 8 teko berisikan teh. Teh tersebut disajikan secara gratis untuk masyarakat yang melewati PTH. Teh disajikan mulai pukul 08.00 - 19.00 WIB. Ini merupakan Tradisi Patekoan yang diusung oleh Kapiten asal China bernama Gan Dji pada era Batavia. Delapan Teko yang disajikan tersebut dipercaya dapat membawa kebaikan. Sehinga tradisi ini masih diberlakukan sampai saat ini.

Pantjoran Tea House
Di lantai dasar Pantjoran Tea House
Tradisi Patekoan
Tradisi Patekoan

Memasuki lantai dua PTH, sobat traveller disuguhi oleh interior yang bernuansa khas Tiongkok. Beberapa furnitur kayu dan pajangan dengan sentuhan klasik menghiasi ruangan. Informasi mengenai sejarah hingga jenis teh pun terpampang di dinding restoran. Untuk menu di PTH tentunya didominasi dengan teh dan makanan khas Tionghoa. Saya dan teman-teman memesan Tie Guan Yin (Rp 75.000 untuk 5x refill). Sang pramusaji akan memperlihatkan seni Gong Fu Cha yaitu seni menyeduh dan menyajikan teh ala masyarakat Tiongkok. Proses ini mengandung makna mendalam seperti belajar kesabaran, tekun, tata krama, keindahan, ketenangan dan harmonisasi kehidupan.

di lantai 2 PTH
Pengunjung PTH
Interior PTH

Peralatan Gong Fu Cha

Peragaan Gong Fu Cha

Peragaan Gong Fu Cha

Melihat proses pembuatan 

Enjoy the tea
 Puas minum teh di Pantjoran Tea House, saya akan mengajak sobat traveller makan laksa yang terkenal di Glodok yaitu Laksa Lao Hoe. Kedai Lao Hoe terletak di gang padat di kawasan Petak Sembilan, tepatnya di sebrang Gang Gloria. Selain menjual Laksa, kedai ini juga menjual Mie Belitung, Ayam Goreng, Nasi Uduk, serta aneka gorengan. Laksa Lao Hoe diminati oleh banyak orang dan perlahan menjadi primadona di Petak Sembilan. Banyak wisatawan yang mampir untuk mencoba seporsi laksa yang legendaris ini. Kedai ini juga menjadi tempat untuk orang-orang yang rindu nuansa masa lalu. Karena Kedai Lao Hoe memiliki interior yang klasik dengan foto-foto tua dan meja makan kayu. Sayapun memesan satu porsi Laksa dan segelas Liang Teh dingin.

Kedai Lao Hoe
Proses pembuatan laksa

Interior Kedai Lao Hoe

Interior Kedai Lao Hoe

Laksa Lao Hoe

Sajian Laksa Lao Hoe ini sangat pas. Kuahnya kental dan wangi daun kemangi yang lumayan tajam. Dan pastinya, setiap makanan disini dibuat tanpa menggunakan penyedap rasa ataupun pengawet. Jadi jangan khawatir yaaaa. Untuk masalah harga, masih relatif terjangkau. Cukup membayar Rp 37.500,00 untuk seporsi Laksa dan segelas Liang Teh.

Tujuan terakhir saya di Glodok adalah Vihara Dharma Bhakti, vihara tertua di pecinan Glodok. Vihara ini dibangun pada tahun 1650 oleh Letnan Guo Xun - Guan. Berdirinya vihara ini bersamaan dengan terbentuknya perkampungan Tionghoa, yang sekarang dikenal dengan sebutan Kampung Pecinan Glodok. Vihara Dharma Bakti juga merupakan salah satu vihara yang paling ramai dikunjungi oleh masyarakat keturunan Tionghoa pada saat perayaan tahun baru imlek. Selain mereka yang datang untuk berdoa, ternyata ada banyak "para pemburu angpao" yang mendatangi vihara ini. Bahkan mereka rela untuk tidur di pelataran vihara.

Suasana di malam tahun baru imlek 2019 saat itu terlihat beberapa pengunjung yang datang untuk beribadah. Tak hanya itu, deretan lilin merah sepanjang 1 meter tampak berjajar di salah satu dinding. Puluhan lilin merah raksasa dibiarkan menyala memadati area tengah. Selain lilin dan altar sembahyang, patung - patung dewa yang terbuat dari kuningan dipajang di etalase salah satu sisi ruang utama vihara. Saya tidak berlama - lama di area dalam vihara, karena nafas saya yang sesak akibat asap dari lilin dan hio yang dibakar.

Ibadah di tahun baru Imlek
Ibadah di tahun baru Imlek

Ibadah di tahun baru Imlek

Ibadah di tahun baru Imlek

Prosesi pembakaran Hio

Ibadah di tahun baru Imlek

Ibadah di tahun baru Imlek

Ibadah di tahun baru Imlek
 Itulah sebagian tempat-tempat menarik yang bisa sobat traveller kunjungi di pecinan Glodok.

Happy Backpacking!! -Arie Budi-

Chapter 22 : Mencicipi Bakmi Gang Kelinci dan Cakue Ko Atek di Pasar Baru


Pasar Baru, Jakarta
Bakmi, salah satu makanan yang paling saya sukai. Apapun olahannya, "I still love this food". Minggu lalu, saya mencoba salah satu kedai bakmi di Pasar Baru yang buka sejak tahun 1957 yaitu Bakmi Gang Kelinci. Kedai ini terletak di sebuah gang sempit bernama Gang Kelinci. Itulah asal mula nama dari kedai ini. 

Bakmi Gang Kelinci
Untuk sobat traveler yang beragama Islam, kalian tidak perlu khawatir untuk mencicipi bakmi yang ada di kedai ini. Karena menurut penjelasan dari pihak manajemen, Bakmi Gang Kelinci tidak mengandung bahan pengawet, minyak babi maupun daging babi. Jadi, aman yaaa guys. 

Suasana di Bakmi GK
Menu makanan yang disediakan sangatlah banyak. Mulai dari bakmi, nasi tim, kwetiauw, i fu mi dan berbagai menu yang biasa ditemui di kedai chinese food. Saya memesan salah satu menu favorit di kedai ini, yaitu Bakmi Spesial AK. Harganyapun tidak terlalu mahal. Sobat traveler cukup merogoh kocek sebesar 26ribu saja. 

Menu Bakmi Gang Kelinci
Setelah menunggu beberapa menit, makanan yang saya pesan akhirnya datang juga. Semangkok Bakmi Spesial AK yang berisikan cacahan daging ayam dan jamur. Daging ayamnya ada dua macam nih guys, daging ayam manis berwarna coklat serta daging ayam yang asin berwarna putih. Bagaimana dengan rasanya? Rasanya dijamin enak. Sangat recommended lah yaaaa. 

Bakmi Spesial AK
Selesai makan, saya mencoba cakue yang ada di samping kedai Bakmi GK. Cakue Ko Atek, cakue legendaris yang berdiri sejak tahun 1971. Disini ada 2 jenis makanan yang dijual yaitu cakue dan kue bantal. Dua-duanya langsung dibuat di warung tersebut. Sehingga sobat traveler bisa melihat bagaimana cara pembuatan cakue dan kue bantal Ko Atek. Untuk harga, 1 buah cakue atau kue bantal dijual 4ribu rupiah. Bagaimana dengan rasa? Menurut saya, cakuenya biasa, namun saus dari cakuenya sangatlah enak. Rasa manis bercampur dengan rasa asam yang dihasilkan oleh cuka. 
Cakue Ko Atek
Cakeu Ko Atek
Cakue Ko Atek
Buat sobat traveler yang lagi belanja di Pasar Baru, kalian bisa mampir ke Bakmi Gang Kelinci dan Cakue Ko Atek. Dijamin kalian gag bakal nyesel deh.     

Happy Backpacking!! -Arie Budi-

Chapter 11 (Part 2) : Piknik ke Ancol bareng Detik Travel


d'travelers goes to Allianz Ecopark
Pikinik hari kedua dimulai dengan sarapan di Eco Market. Disini d'traveler diberi voucher makan senilai 50ribu. Jadi setiap transaksi pembelian di Eco Market, para pengunjung wajib menggunakan voucher. Kalian bisa menukar voucher di pintu masuk Eco Market. Dan apabila voucher tersebut masih sisa, kalian bisa menukarkannya kembali dengan uang.

Voucher untuk ditukar makanan
 Setelah sarapan, saya dan teman-teman d'travelers berfoto-foto di sekitar jembatan yang ada di Allianz Eco Park. Disini banyak pengunjung yang datang untuk berolah raga atau sekedar santai dengan keluarga. Suasana disini sangat nyaman. Pohon-pohon yang rindang dan lingkungan yang bersih membuat para pengunjung betah berkunjung di Allianz Ecopark.

d'travelers (1)
d'travelers (2)
Dari Allianz Ecopark, d'travelers dibawa menuju pasar seni yang letaknya tepat disebrang jalan. Pasar ini merupakan tonggak sejarah Ancol. Didirikan pada awal tahun 1977 oleh Gubernur Ali Sadikin, kesan angker yang melekat pada pasar ini sekarang telah berubah. Banyak karya-karya para seniman yang bisa kita lihat disini. Event-eventpun sering diadakan tiap bulannya.

Seorang seniman yang lagi bersantai
Salah satu lukisan karya seniman di Pasar Seni
Agenda di Pasar Seni awalnya adalah menonton pertunjukan pencak silat oleh komunitas Betawi. Namun karena acaranya ngaret, kamipun berpindah ke destinasi berikutnya yaitu Learning Farm. Learning Farm merupakan tempat yang cocok untuk anak-anak. Disini mereka akan diperkenalkan bagaimana cara bercocok tanam, membajak sawah, mengenal tanaman dan buah-buahan, memberi makan hewan ternak, membuat biogas dan melakukan aktivitas outbond. Cukup membayar 50ribu rupiah, Anak-Anak akan mendapat banyak pengetahuan.

Pintu Masuk Learning Farm
Kebun Buah

Bahan Baku BioGas

Bercocok Tanam
Belajar tentang tanaman
Bercengkerama dengan kelinci
Memberi makan rusa
Dari Learning Farm, d'travelers berpindah menuju Fauna Land yang letaknya masih di kawasan Allianz Ecopark. Fauna Land mempunyai icon yaitu "Dingiso". Hewan ini merupakan hewan endemik berjenis kanguru pohon yang berasal dari Papua.

Fauna Land
Dingiso
Banyak hewan-hewan yang bisa kita lihat di Fauna Land. Salah satunya yaitu singa putih yang dibawa langsung dari Africa. Singa ini bernama Miya. Para pengunjung bisa memberi makan Miya dengan daging yang telah disediakan oleh penjaga. Tentunya kalian dikenakan biaya lagi yaa untuk memberi makan Miya. Gag mahal kok, cuma 15ribu saja.

Singa dari Africa
Kuda 
Kudo Poni
Kanguru Putih
Kakak Tua
Pulau si Amang
D'travelers juga diajak menonton aksi para burung seperti yang ada di Taman Safari. Untuk Bird Show, para pengunjung bisa menontonnya pada jam 11 dan 15.30 (weekday) atau jam 10.30 dan 15.30 (weekend). Pertunjukan berlangsung selama setengah jam. Para pengunjung juga bisa ikut berpartisipasi dalam acara. Tentunya pertunjukan burung-burung ini sangat sayang untuk dilewatkan.

Jalan menuju tempat pertunjukan burung
Bird Show (1)
Pengunjung yang berpartisipasi dalam pertunjukan
Pengunjung yang berpartisipasi dalam pertunjukan (2)
di kursi penonton
Salah satu d'travelers yang berfoto dengan burung
Puas melihat hewan-hewan di Fauna Land, d'travelers melanjutkan perjalanan menuju Ocean Dream Samudra. Disini kami diajak menonton cinema 4D, pertunjukan singa laut dan pertunjukan putri duyung. Namun ternyata kami datang telat, pertunjukan putri duyung dan singa laut telah usai. Kami akhirnya diajak berkunjung ke kandang singa laut oleh pihak Ocean Dream.

di dalam kandang singa laut (1)
Singa Laut
Dari Ocean Dream, d'travelers berpindah menuju destinasi terakhir yaitu Atlantis. Kami diberi waktu satu setengah jam untuk bermain air. Saya memutuskan untuk beristirahat saja, karena badan sudah sangat lelah dengan aktivitas seharian.

Acara piknik ke Ancol bareng Detik Travel ditutup dengan berfoto di Atlantis. Saya sangat senang bisa berpartisipasi dalam acara ini. Semoga saya bisa bergabung di acara-acara detik travel berikutnya. 

Chapter 11 (Part 1) : Piknik ke Ancol bareng Detik Travel